Pengamat soal Kamala Tak Datang AS Anggap RI Pragmatis
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Pelita Harapan, Aleksius Jemadu, mengatakan bahwa Amerika Serikat kemungkinan menganggap Indonesia pragmatis sehingga Wakil Presiden Kamala Harris memutuskan untuk tak ke RI dalam lawatannya ke Asia Tenggara pekan ini.
"Di mata AS mungkin Indonesia dilihat memanfaatkan rivalry (permusuhan) AS dan China untuk kepentingannya," ujar Aleksius saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (24/8).
Ia kemudian menjelaskan, "Jadi kalau dengan AS menguntungkan, akan dekat dengan AS. Kalau dengan China ada kemudahan, akan dekat dengan China, itu pragmatisnya."
Dengan dasar pemikiran itu, Aleksius melihat AS kemungkinan menganggap Indonesia akan sulit menerapkan komitmen jangka panjang.
Sementara itu, hubungan antara Indonesia-China terjalin di berbagai sektor, seperti ekonomi dan industri kesehatan, juga investasi dalam berbagai proyek strategis. Kedekatan ini dianggap membuat Indonesia sulit untuk menentang China di Asia Tenggara.
"Mungkin karena Indonesia terlalu dekat dengan China sehingga kemandirian bersikap di Asia Tenggara diragukan AS," katanya..
Berbeda dengan Aleksius, Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menganggap RI tak dikunjungi bukan karena tidak penting di mata AS secara geopolitik.
"Dalam mata AS, bila Indonesia jatuh ke tangan China, maka akan banyak negara yang ikut jatuh," katanya.
Hikmahanto kemudian menyebutkan tiga alasan dugaan Harris tak melawat ke RI, melainkan Singapura dan Vietnam, pada pekan ini.
Pertama, kunjungannya ke Vietnam karena negara itu secara agresif berhadapan langsung dengan China mengenai klaim Beijing atas 9 garis putus di Laut China Selatan.
"Kehadiran Wapres sebagai pejabat nomor 2 tertinggi di AS adalah agar China tidak agresif dalam penggunaan senjata terhadap Vietnam," katanya.
Dengan lawatan ini, AS ingin menunjukkan bahwa mereka akan berada di belakang Vietnam untuk membantu jika China melakukan serangan. Pesan semacam itu, kata Hikmahanto, tidak mungkin terjadi bila Harris berkunjung ke Indonesia.
"Mengingat Indonesia tidak memiliki klaim tumpang tindih dengan China, mengingat Indonesia tidak mengakui 9 Garis Putus yang diklaim oleh China," ucapnya.
Untuk Singapura, jelas meski negara kecil, ekonomi negara itu tak bisa dipandang sebelah mata. Di sisi lain Singapura merupakan sekutu AS, walaupun tak tercatat dalam pakta pertahanan.
AS bisa meminta sekutu-sekutunya yang memiliki kekuatan ekonomi untuk berbagi beban (burden sharing) dalam menghadapi kekuatan China.
Hikmahanto menegaskan ketidakhadiran Harris ke Indonesia sama sekali tak menunjukkan RI kurang penting di mata AS.
"Bisa jadi pemerintah AS hendak memberi kesempatan bagi Indonesia agar berkonsentrasi dan fokus dalam penanganan pandemi yang belakangan bergejolak," katanya.
[Gambas:Video CNN]
Di samping itu, pemerintahan Biden membangun kerja sama dengan Indonesia di level yang konkrit, bukan simbolis untuk memberi pesan kepada China, lanjut Hikmahanto.
"Ini penting bagi pemerintahan Biden yang berasal dari Partai Demokrat. Ideologi Demokrat adalah mengusung penghormatan terhadap HAM dan demokrasi," katanya.
Hikmahanto kemudian menjelaskan bahwa bagi konstituen Demokrat, sulit menghilangkan kesan bahwa Indonesia terbebas dari isu pelanggaran HAM dan demokratisasi.
"Oleh karenanya pemerintahan Biden tetap melihat Indonesia penting, namun pada saat bersamaan tidak dipersepsikan oleh konstituennya seolah telah meninggalkan idealisme pengusungan HAM dan demokrasi," tutur Hikmahanto.
(isa/has)
0 Response to "Pengamat soal Kamala Tak Datang AS Anggap RI Pragmatis"
Post a Comment